Sebegitu Dahsyatnya, Masihkah Tak Percaya?

Terkisah di jaman Khalifah keempat, Ali bin Abi Thalib. Sayyidina Ali keluar untuk membelikan makanan Hasan dan Husain dengan uang 6 dirham yang dimiliki istrinya. Pamitlah Ali. Tiba-tiba di tengah jalan, Ali melihat seorang laki-laki sedang berdiri seraya berkata dan mencari orang yang bisa memberinya utang dan akan didoakan. Melihat orang itu ibalah Ali dan memberikan uang 6 dirham jatah membeli makan Hasan dan Husain yang dia bawa lalu kemudian Ali pulang tanpa membawa apapun. Melihat suaminya pulang hanya dengan tangan hampa. Menangis tersedu-sedulah Fatimah, yang langsung bertanya kenapa suaminya pulang tanpa membawa makanan sedikit pun. Dan jujurlah Ali kalau uangnya diberikan kepada seseorang yang membutuhkan dan perlu utang ketika perjalanan tadi.

Usai menjelaskan kepada istrinya, Ali izin untuk berkunjung ke rumah Rasulullah. Di tengah perjalanan, bertemulah Ali dengan orang Arab dusun yang tengah menuntun seekor unta untuk dijual, dan ditawarkan kepada Ali dengan harga 100 dirham. “Wahai Ali, tolong belilah unta saya ini dengan harga 100 dirham,” ucap orang Arab dusun itu. Sayidina Ali pun kemudian berterus terang jika dirinya tidak membawa uang sepeserpun. Mendengar hal itu, seorang arab dusun  itu menawarkan agar Ali bisa membeli untanya dengan pembayaran tempo. Disetujuilah tawaran itu, hingga akhirnya unta bisa dibawa Sayidina Ali yang hendak membawanya ke rumah. Di tengah jalan, tiba-tiba Ali bertemu seseorang yang menawar unta yang dibawanya.

Berkatalah orang itu: “Wahai Ali, berapakah ingin kau jual unta yang kau bawa,” ujarnya. Dengan tanpa ragu, Sayidina Ali menjawab bahwa untanya akan dijual seharga 300 dirham dan tanpa banyak tawar-menawar orang itu langsung memberikan uang 300 dirham secara tunai. Bergembiralah Ali mendapat keuntungan yang berlipat, dan langsung memberikan 100 dirham kepada seorang arab dusun pemilik unta awal, dan sisanya dibawa pulang dan disampaikan kepada Fatimah.

Hmmm, mungkin sebagian orang akan bergumam, “sudah biasa cerita seperti itu”. Siapapun, kapanpun, dimanapun sah-sah saja ketika menyikapi sebuah peristiwa. Sudut pandang, persepsi dan apapun namanya akan sangat berpengaruh pada cara berpikir, bertindak dan mengambil pemahaman. Tak kurang dari seorang sahabat saya yang berbagi keunikan dalam menyikapi dan menyempurnakan pemahamannya.

Dalam  perjalanan di jalan protokol suatu kota, diantara tumpukan kepenatan setelah bekerja ada terbersit akan memberi barang sedikit uang pada orang peminta-minta di perempatan traffic light. Hafal benar pada jam-jam seperti itu biasanya adan peminta-minta sedang bersahabat dengan lampu merah. Dalam hati sahabat saya ini bersyukur luar biasa pas perempatan, berhenti, ada peminta-minta datang mendekati kendaraan sahabat saya ini dan dompetpun langsung dibuka. Oh my God, antara terkejut dan galau tingkat dewa. Uang di dompet tinggal 1 lembar, tidak ada yang lain bahkan recehanpun tak ada dan uang satu-satunya itu uang kertas merah 100 ribu. Wauw…, jantung rasanya berdegup kencang tanpa ritme, berbagai macam pertanyaan muncul tanpa direncana. “Uang ini saya berikan untuknya apa tidak ya?, Jika saya berikan, seandainya bensin habis atau ban bocor harus bagaimana?, sesampai di rumah nanti apakah istri dan anak-anak percaya apa yang saya lakukan ini?, …, …”

Detik terakhir sebelum lampu merah beralih warna, keputusan hati nurani memberi isyarat untuk memberikan uang tersebut pada peminta-minta. Cabut dari dompet dan diberikan pada orang tersebut.  Jalan terus sekitar 200 meter ada jembatan, tiba-tiba handphone berbunyi nada panggil, diangkat dan ternyata kenalan  yang sekian lama tak pernah berkomunikasi. Pembicaraan serius,  believe it or not penelpon ini minta bantuan untuk dibangunkan gedung besar berharga ratusan juta rupiah.

Bersedekah lengkap dengan keikhlasannya menjadi amalan yang diganjar pahala berlipat ganda, serta menjadi salah satu cara untuk bersyukur atas rezeki yang diberikan Allah SWT. Di antara ayat yang menjelaskan pahala sedekah adalah Al-Qur’an surat Al Hadid ayat 18, Allah SWT berfirman tentang balasan orang yang bersedekah.

“Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah dengan pinjaman yang baik, akan dilipatgandakan (balasannya) bagi mereka; dan mereka akan mendapat pahala yang mulia.” (QS Al Hadid ayat 18).

*) sumber gambar : https://alazharpeduli.or.id/publikasi/artikel-berita/p/sedekah-kunci-menuju-keberkahan-dan-kebaikan-tanpa-batas

Penulis : Zainal Fanani, Inspirator : Nuruddin Al-Qomari

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *