Dari Cangkul ke Kamera: Menanam, Merawat, Menginspirasi

Dari Cangkul ke Kamera: Menanam, Merawat, Menginspirasi

Langkah awal program Eco Garden Care di SMK Negeri Kudu dimulai dengan semangat kolaboratif antara siswa, guru, dan warga sekolah. Dengan cangkul di tangan dan harapan di hati, siswa menanam berbagai jenis tanaman sayur dan bunga di lahan sekolah yang sebelumnya kurang dimanfaatkan. Kegiatan ini bukan sekadar praktik agrikultur, tetapi juga bagian dari pembelajaran berbasis proyek yang mengintegrasikan nilai-nilai kepedulian, kerja sama, dan keberlanjutan.

Setelah tahap penanaman, siswa secara rutin melakukan perawatan tanaman: menyiram, memberi pupuk organik, dan mencatat perkembangan setiap jenis tanaman. Proses ini didokumentasikan dalam bentuk foto, video, dan jurnal digital yang diunggah ke media sosial sekolah. Kampanye digital bertajuk “Dari Cangkul ke Kamera” menjadi ruang ekspresi siswa untuk membagikan cerita, tips berkebun, dan refleksi harian mereka. “Saya jadi lebih sabar dan teliti,” tulis salah satu siswa dalam unggahan reflektifnya.

Momen panen pertama menjadi titik balik yang membahagiakan. Sayuran segar hasil kerja keras siswa dibagikan kepada warga sekolah dan sebagian dijual untuk mendukung kegiatan OSIS. Guru Pendidikan Pancasila menyampaikan, “Panen ini bukan hanya soal hasil, tapi tentang proses belajar yang membentuk karakter.” Orang tua pun turut bangga melihat anak-anak mereka terlibat aktif dalam kegiatan yang nyata dan berdampak.

Dari sisi pengukuran dampak, lingkungan sekolah kini lebih hijau dan tertata. Area yang dulunya gersang kini menjadi taman edukatif yang menarik perhatian pengunjung. Kepala sekolah mencatat peningkatan partisipasi siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler dan penurunan kasus pelanggaran ringan. “Taman ini menjadi ruang refleksi dan rekreasi yang sehat,” ujar salah satu warga sekolah.

Refleksi mendalam dilakukan melalui forum siswa dan guru, di mana mereka berbagi pengalaman dan menyusun rencana pengembangan. Beberapa siswa mengusulkan integrasi teknologi seperti sensor kelembaban tanah dan aplikasi monitoring tanaman. Para guru  menyambut ide ini sebagai peluang untuk menggabungkan pembelajaran agribisnis dan mata pelajaran lain secara kontekstual.

Perubahan nyata terlihat tidak hanya pada fisik sekolah, tetapi juga pada budaya belajar yang lebih adaptif dan reflektif. Dari cangkul yang menggali tanah hingga kamera yang merekam proses, siswa belajar bahwa setiap tindakan kecil bisa menjadi inspirasi besar. Program ini menjadi bukti bahwa pembelajaran yang bermakna lahir dari keterlibatan, dokumentasi, dan refleksi yang terus berkembang.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *